Kamis, 23 Mei 2013



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Mengajar merupakan salah satu tugas guru yang paling penting dalam melaksanakan tugasnya di kelas. Oleh karna itu seorang guru harus mengetahui dan menetapkan metode pembelajaran yang baik. Metode yang dimaksud disini adalah cara guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi mnusuia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan, cakap. Pendidikan juga berfungsi sebagai pembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa .
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berpengaruh , dalam pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk waraga negara yang baik sekaligus menjunjujung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.
1
 
Dalam proses belajar belajar mengajar kita sering menemukan beberapa masalah. Anak-anak cendrung tidak tertarik dengan Pelajaran Pkn, karena dianggap sebagai suatu pelajaran yang hanya mementingkan suatu hafalan atau dibaca, sehingga menyebabakan rendahya minat belajar pkn bagi setiap siswa di sekolah.  Salah satu faktor penyebab rendahnya minat belajar Pkn bagi siswa adalah pemilihan dan penerapan metode yang kurang baik dan masih terfokus pada guru.
Di dalam metode pengajaran kebanyakan guru menggunakan metode ceramah monoton yang mengakibatkan siswa bosan dan mengurangi semangat belajar. Karena didalam metode pembelajaran ini siswa butuh perhatian penuh dari gurunya. Maka metode pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Untuk itu didalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi atau metode yang baik ,agar siswa bisa belajar secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pengajaran yang baik, dan dapat membangkitkn semangat belajar siswa, guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat.
Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang ditandai  dengan aktifitas siswa yang meningkat sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Model pembelajaran tersebut adalah Investigasi Kelompok ( Group Investigation  ) yaitu suatu proses belajar yang menekankan keaktifan dalam kerja kelompok.
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “ Penerapan  model Investigasi Kelompok ( Group Investigation ) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Kedaulatan Rakyat dan sistem Sistem Pemerintahan Indonesia di kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah diatas maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian yaitu:
1.    Metode mengajar yang digunakan oleh guru kurang mendukung.
2.    Siswa tidak tertarik dalam belajar pkn.
3.    Siswa kurang aktif dalam mengikuti pengajaran pkn .
4.    Penyampaian materi yang kurang jelas oleh guru.
5.    Hasil belajar yang kurang memuaskan.

C. Batasan Masalah
Melihat banyaknya cakupan identifikasi masalah, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu perbaikan pembelajaran dengan Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) untuk meningkatkan meningkatkan minat belajar siswa dalam belajar pkn  di kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana ketuntasan belajar siswa dalam pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di indonesia setelah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) untuk meningkatkan meningkatkan minat belajar siswa dalam belajar pkn  di kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.    Bagaimana ketercapaian tujuan pembelajaran khusus setelah menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok (group Investigation) untuk meningkatkan prestsi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013?
3.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Investigasi Kelompok (group Investigation) untuk meningkatkan prestsi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013?
4.    Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Investigasi Kelompok (group Investigation) untuk meningkatkan prestsi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013?
5.   Apakah model pembelajaran Investigasi Kelompok (group Investigation)  efektif digunakan dalam pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013?


E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan  penelitian ini adalah :
1.    Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di indonesia setelah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) untuk meningkatkan meningkatkan minat belajar siswa dalam belajar pkn  di kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.    Untuk mengetahui ketercapain tujuan pembelajaran khusus setelah menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.    Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) untuk menigkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.
4.    Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Investigasi Kelompok (group Investigation) untuk meningkatkan prestsi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.
5.    Untuk mengetahui Apakah model pembelajaran Investigasi Kelompok (group Investigation)  efektif digunakan dalam pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.    Setelah mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam pokok bahasan kedulatan rakyat dan pemerintahan di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok di harapkan dapat dipedomani untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
2.    Setelah mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan pemerintahan di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok  di harapkan dapat sebagai acuan bagi proses pengembangan tujuan pembelajaran selanjutnya.
3.    Setelah mengetahui pelaksanaan pembelajaran meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan pemerintahan di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok di harapkan dapat sebagai panduan untuk pengamatan pembelajaran berikutnya.
4.    Setelah mengetahui respon siswa meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan pemerintaha di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok diharapkan dapat sebagai panduan untuk  pembelajaran berikutnya.
5.    Setelah mengetahui efektivitas model pembelajaran meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan pemerintahan di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok diharapkan dapat sebagai acuan untuk evaluasi pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kerangka Teoritis
1.      Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang. Adapun tujuan dari kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku , baik menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.
Menurut Muhibbin syah (2010:87) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamentaldalm penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendididkan.
Menurut Mustaqim dan Abdul Wahib (1991:61) belajar adalah suatu aktifitas yang menuju kearah suatu tujuan tertentu.  Untuk mencapai tujuan tertentu itu perlu diperhatikan adnya faktor-faktor yang perlu diperhatikan, misalnya saja faktor bimbingan.
8
 
Menurut Oemar Hamalik (2010:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is definedas the modification of strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini  belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005:51) mendefinisikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu kepada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan pengajar.
Menurut Anthony Robbins yang dikutip dalam Trianto (2011:15) belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10) belajar merupakan suatu prilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik, Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang trjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau  perkembangan  tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir , dikutip dalam Trianto (2011:16).
Menurut Sudjana dalam Rusman (2011:1) belajar merupakan proses mengamati dan melihat.
Dari pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yangterjadi akibat dari proses pembelajaran atau perubahan yang terjadi akibat mendapat pengalaman baru. 


2.      Pengertian Mengajar
Mengajar pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubunganya dengan anak didik dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Menurut Oemar Malik (2001:44) mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau murid di sekolah.
Menurut  Oemar Malik  (2001:48) mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
Menurut Tyson dan Carrol dalam Muhibbin Syah (2010:179) mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sam-sama aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Ariffin dalam Muhibbin Syah (2010:179) mendefinisikan bahwa mengajar sebagai sesuatu rangkain kegiatan penyampaian bahwa pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005:51) mendefinisikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu(bkan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pengajar.
Tardif dalam Muhibbin Syah (2010:179) mendefinisiskan mengajar mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengna menyatakan behwa mengajar itu pada prinsipnya adalah any acction performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner). Artinya mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melkukan kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka pengertian mengajar adalah suatu proses penyampaian pengetahuan dan informasi dari pengajar kepada peserta didik. 

3.      Pengertian Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendengar kata belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar sangat berkaitan dengan pembelajaran atau bisa diartikan bahwa belajar merupakan prose pembelajaran. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Isjoni (2009:11) pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Menurut Degeng dalam Hamzah B Uno (2001:2) pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan sesuatu. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Menurut Yamamoto dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:119), menyatakan  bahwa proses pembelajaran yang optimal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran. Kesadaran dan kesengajaan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi pembelajaran.
Dari beberapa pendapat-pendapat dari pada ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan atau interaksi yang terjadi antara dua arah yang belajar menjadi aktivitas siswa, dan mengajar yang merupakan aktivitas guru. Akibat dari proses terjadinya pembelajaran ini adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa.

4.      Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau Cooverative Learning bukanlah hal yang jarang kita temui,  melainkan sangat sering kita lakukan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang aktif dalam kelompok pembelajaran.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2010:58) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok stretegi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Wina Sanjaya (2010:242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
 Menurut Wina Sanjaya (2009:240) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau, suku yang berbeda (heterogen). Dan Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orng dengan struktur kelompok yang heterogen.
Menurut lungdren dalam isjoni (2009:16)  mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur dasar, antara lain sebagai berikut:
1.    Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2.    Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab sendiridalam mempelajari maateri yang dihadapi.
3.    Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memilki tujuan yang sama.
4.    Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
5.    Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6.    Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7.    Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.
            Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatun model pembelajaran yang menekankan kerja sama dalam suatu kelompok diskusi.
 
5.      Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Menurut Trianto (2011:78) Investigasi Kelompok merupakan kooperatif yang paling komleks dan yang paling sulit untuk diterapkan. Karena di dalam model ini diperlukan pendekatan yang lebih maksimal karena di model ini guru memiliki peran yang sangat penting.
Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.(Rusman 2011:223).
Isjoni (2009:87) menyatakan bahwa model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang  paling kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatifdengan pembelajaran yuang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi.
Secara umum dalam Rusman(2011:221 ) langkah-langkah investigasi kelompok dibagi menjadi beberapa  langkah sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik dan mengategorisasi saran-saran ; para siswa bergabung dalam kelompok belajardengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan atas dasar topik yang sama dan heterogen; guru membantu dan memfasillitasi dalam memperoleh informasi).
2.    Merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi:apa yang kita selidiki, bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa pembagian kerja untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi)
3.    Melaksanakan Investigasi (Siswa mencari informasi, menganalisis data , dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontebrusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarisifikasi, dan mensintesis ide-ide )
4.    Menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaiman membuat persentasenya ; membentuk panitia acar untuk mengkordinasi rencana persentase )
5.    Mempersentasekan laporan akhir (persentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam bermacam bentuk; bagian-bagian persentase harus secara aktif dapat melibatkan pendengar(kelompok lainya); Pendengar mengevaluasi kejelasan persentase menurut kriteria yang ditentukan keseluruhan kelas )
6.    Evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; siswa dan guru berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmendiarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis )
Langkah-langkah model pembelajaran investigasi kelompok menurut Rusman (2011:223):
a.    Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa.
b.    Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c.    Mengajak setiap siswa untuk berparitisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompok secara bergilliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.  

6.      Efektifitas Pembelajaran
Sadiman dalam Trianto (2010 : 20) menyatakan bahwa “keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya dalam Trianto (2010 : 20) menyatakan bahwa “efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar biasa belajar dengan baik”.
Sesuai dengan pengertian efektifitas dan pembelajaran diatas maka, apa yang dimaksud dengan efektifitas pembelajaran dapat kita artikan dengan pengaruh atau akibat dari hasil yang terjadi setelah proses pembelajaran berlangsung.
1.    Ketuntasan Belajar
Menurut Depdiknas dalam Skripsi Betti luciana marbun (2012:13) menyatakan bahwa “ketetapan indikator yang sudah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasn untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan serta daya pendukung dalam penyelenggara pembelajaran”.
Depdikbud dalam Trianto (2010 : 241) menyatakan bahwa “setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85%  siswa yang telah tuntas belajarnya”.
Berdasarkan pendapat tersebut  maka hasil belajar itu dikatakan  tuntas apabila nilai siswa secara individu menvapai skor ≥65% dan suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila memenuhi skor mencapai 85% siswa yang telah telah tuntas atau lulus.
2.    Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Khusus
Usman dan Setiawati dalam http : // tips- belajar- internet. blogspot .com/ 2009 /08/ efektivitas - pembelajaran -matematika.html memberi acuan tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang dilihat dari TPK adalah sebagai berikut:
a.         Istimewa / maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang di ajarkan itu dapat dikuasai siswa;
b.        Baik sekali / optimal : apabila sebagian besar 85% s/d 94% bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa;
c.         Baik / minimal : apabila bahan yang diajarkan hanya 75% s/d 84% dikuasai siswa;
d.        Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 % dikuasai siswa; secara keseluruhan pencapaian TPK dianggap tuntas apabila 80% dari seluruh TPK sudah tuntas dicapai oleh siswa”.
Berdasarkan pendapat dari ahli-ahli tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa bahwa secara keseluruhan pencapaian TPK dianggap tuntas atau tercapai apabila mencapai 75 % s/d 84 dari keseluruhan TPK sudah tuntas.
3.    Pelaksanaan Pembelajaran
Prabowo dalam Trianto (2011:268) menjelaskan bahwa “salah satu  kegiatan penting dalam proses pembelajaran adalah pengamatan (observasi)”.
Menurut Zuh dalam  http://zuhairistain.blogspot.com/2008/11/pelaksanaan -pembelajaran.html menyatakan Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran/ pemelajaran yang sudah dibuat.
 Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo dalam Trianto (2011:19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan siswa.
Dari pendapat ahli diatas maka dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dikatakan baik jika ada hubungan timbal balik berlangsung dalam situasi belajar antara guru dan siswa. Untuk memperoleh nilai pelaksanaan pembelajaran yang baik maka diperlukan ketuntasan bagi setiap aspek yang dinilai kategori baik.
Rangka membawa para siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar mengajar. Dalm situasi ini, terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu ; tujuan pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam
Dari pendapat diatas maka  pelaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh guru minimal baik.
4.    Respon Siswa
Untuk mengetahui baik buruknya respon siswa dalam proses pembelajaran maka perlu digunakan alat pengukur respon siswa yaitu angket. Angket yang berisikan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa.
Menurut Trianto (2011:242) menyakan dalam bukunya angket digunakan  untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan, perasaan senang dan keterkinian serta kemudahan memahami komponen-komponen: materilis/ isi pelajaran, format materi ajar, gambar-gambarnya, kegiatan dalam LKS, suasana belajar dan cara guru mengajar serta pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Angket pengukur respon siswa akan dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakann dengan menggunakan lembar angket siswa. Respon siswa dikatakan mencapai tujuan apabila persentase jawaban yang diperoleh mencapai 80% .
7.      Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Zainal Aqib dkk (2009:3) Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Menurut Zainal Aqib dkk (2009:3) PK memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut
a.    An inquiry of practice from within ( penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya)
b.    Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti ).
c.    Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
d.   Tujuanya : memperbaiki pembelajaran.
Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2010:3) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas bersama.
Menurut Ekawarna (2011:4) Penelitian kelas merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset tindakan-...“ yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.
Menurut Hopkins dalam Ekawarna (2011:4) Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosesperbaikan dan perubahan.
Menurut Rapoport dalam Ekawarna (2011:4) menyatakan bahwa penelitian tindakan klas merupakan penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihdapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaan tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati besama.
Menurut Arikunto dalam Ekawarna (2011:5)  Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Menurut McNiff dalam Suroso (2009:29) Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk pnelitian yang reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan  sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya
Menurut Suroso (2009:30) Penelitian tindakan kelas merupakan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

8.    Materi Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan Indonesia
a.    Makna Kedaulatan Rakyat
Sebelum membahas tentang kedaulatan rakyat, perlu dijelaskan terlebih dahulu siapakah rakyat itu? Rakyat adalah orang yang tunduk pada suatu pemerintah negara. Istilah rakyat berbeda dengan istilah warga negara, penduduk, bangsa dan masyarakat. Warga negara adalah orang yang memiliki hak dan kewajiban pada suatu negara. Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal pada wilayah suatu negara. Penduduk dibedakan antara warga negara dan warga negara asing. Pengertian bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan senasib akan keberadaan suatu negara. Sedangkan pengertian masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal bersama di suatu daerah tertentu dan terikat pada nilai-nilai tertentu yang diterima secara bersama.
  1.  John Locke
     Dia berpendapat bahwa negara dibentuk melalui perjanjian masyarakat. Sebelum terbentuknya negara, manusia hidup sendiri-sendiri dan belum ada peraturan. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia mengadakan perjanjian membentuk sebuah negara. Jadi, ada dua perjanjian masyarakat yaitu perjanjian antar individu dengan penguasa. Menurut John Locke, hanya ada pemisahan kekuasaan dalam negara ke dalam kekuasaan eksekutif, legislatif,  dan yudikatif.
   2. Montesquieu
Menurutnya kekuasaan harus dipisahkan menjadi kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudikatif.
Kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang termasuk mengadakan perjanjian dengan negara lain. Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang. Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengadili terhadap pelanggar undang-undang. Menurut Montesquieu ketiga jenis kekuasaan itu harus dipisah satu sama lain. Berarti lembaga negara yang lain tidak boleh ikut campur dalam urusan lembaga negara lain.
   3. JJ Rousseau
Beliau menganut teori perjanjian masyarakat dan dianggap sebagai Bapak Teori Kedaulatan Rakyat. Menurutnya negara dibentuk oleh kemauan rakyat. Kemauan rakyat untuk membentuk sebuah negara ini disebut kontrak sosial. Individu secara suka rela dan bebas membuat perjanjian untuk membentuk sebuah negara berdasarkan kepentingan mereka. Negara sebagai organisasi berkewajiban mewujudkan cita-cita atau kemauan rakyat yang kemudian dituangkan dalam bentuk kontrak sosial yang berwujud konstitusi negara. Rosseau juga menekankan adanya kebebasan dan persamaan.
Negara atau badan kooperatif kolektif yang dibentuk menyatakan kemauan umumnya  (general will) yang tidak dapat khilaf, keliru atau salah, tetapi tidak senantiasa progresif. pemberian suara untuk membahas dan mengesahkan undang-undang. Sedangkan demokrasi perwakilan, rakyat memilih warga lainnya sebagai wakil yang duduk di lembaga perwakilan rakyat untuk membahas dan mengesahkan undang-undang.
Kedaulatan berasal dari kata “daulat” dalam bahasa Arab berarti kekuasaan atau dinasti pemerintahan. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Ada dua macam pengertian kedaulatan rayat :
  1. Kedaulatan ke dalam, artinya kekuasaan tertinggi suatu negara untuk mengatur fungsinya
  2. Kedaulatan ke luar, artinya kekuasaan tertinggi suatu negara untuk mengadakan hubungan dengan negara lain serta mempertahankan wilayah dari berbagai ancaman dari luar.
            Jenis-jenis kedaulatan rakyat negara dapat dibedakan berdasarkan beberapa teori yakni sebagai berikut :
  1. Kedaulatan Rakyat, teori ini mengajarkan bahwa kekuasaan tertinggi suatu negara di tangan rakyat.
  2. Kedaulatan Tuhan, teori ini mengajarkan bahwa penguasa mendapat kekuasaan yang tertinggi dari Tuhan.
  3. Kedaulatan Negara, teori ini mengajarkan kekuasaan tertinggi terletak pada negara.
  4. Kedaulatan Raja, teori ini mengajarkan kekuasaan tertinggi di tangan raja dan keturunannya.
  5. Kedaulatan Hukum, teori ini mengajarkan kekuasaan tertinggi terdapat pada hukum.
Sumber ajaran kedaulatan rakyat sebenarnya ialah ajaran demokrasi yaitu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.Masalah demokrasi itu bagi rakyat Indonesia pelaksanaannya sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Hal ini terlihat dari adanya rapat desa. Pemilihan Kepala Desa, kegiatan gotong royong dan kegiatan lain yang melibatkan partisipasi rakyat secara aktif.
Ciri-ciri negara yang menganut asas kedaulatan rakyat adalah sebagai berikut :
  1. Adanya lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan Dewan Perwkilan Rakyat.
  2. Adanya pemilu.
  3. Kekuasaan atas kekuasaan badan atau majelis itu ditetapkan pada Undang-Undang Dasar.
Sifat-sifat kedaulatan adalah :
  1. Bulat, artinya tidak dapat dibagi-bagi.
  2. Asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kedaulatan lain yang lebih tinggi.
  3. Tidak terbatas, artinya kedaulatan tidak batasi oleh siapapun.
  4. Permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara berdiri.
Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab hilangnya kedaulatan suatu negara :
  1. Kalah perang dengan negara lain sehingga kekuasaan pemerintahan negaranya dipegang oleh negara yang mengalahkannya
  2. Bergabung dengan negara lain untuk membentuk suatu negara baru dalam suatu federasi sehingga negara tersebut menjadi negara bagian. Contohnya negara-negara bagian Amerika Serikat
  3. Suatu wilayah memisahkan diri dari kesatuan suatu negara dan menyatakan kemerdekaannya. Contohnya Rusia, Ukraina, dan Georgia

b.    Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
Sebelum menjelaskan pemegang kedaulatan dalam sistem pemerintahan Indonesia, akan dijelaskan terlebih dahulu apa itu sistem pemerintahan dan apa itu sistem pemerintahan Indonesia. Sistem berarti suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang saling melengkapi untuk mencapai suatu tujuan. Adapun pemerintahan adalah mereka yang memerintah dalam suatu negara. Jadi sistem pemerintahan adalah suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang memerintah dalam suatu negara yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan negara bersangkutan. Dengan demikian sistem pemerintahan Indonesia adalah suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang memerintah dalam negara Indonesia yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan negara Indonesia.
UUD 1945 Bab I Bentukdan Kedaulatan, Pasal 1 (2) menyatakan, bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Dengan ketentuan itu dapat diartikan, bahwa pemilik kedaulatan dalam negara Indonesia adalah rakyat. Pelaksanaan kedaulatan ditentukan menurut Undang – Undang Dasar.
Pelaksana Kedaulatan negara Indonesia menurut UUD 1945 adalah rakyat dan lembaga-lembaga negara yang berfungsi menjalankan tugas-tugas kenegaraan sebagai representasi kedaulatan rakyat. Lembaga-lembaga negara menurut UUD1945 adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Yudisial (KY). Pelaksana kedaulatan  rakyat menurut UUD 1945 inilah sebagai sistem pemerintahan Indonesia. Dengan kata lain sistem pemerintahan Indonesia adalah adalah pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat sebagaimana ditentukan oleh UUD 1945.
UUD 1945 menentukan,bahwa rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatan yang dimilikinya. Keterlibatan rakyat sebagai pelaksana kedaulatan dalam UUD 1945 ditentukan dalam hal :
  1. Mengisi keanggotaan MPR, karena anggota MPR yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum (Pasal 2 (1)).
  2. Mengisi keanggotaan DPR melalui pemilihan umum (Pasal 19 (1)).
  3. Mengisi keanggotaan DPD (Pasal 22 C (1))
  4. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung (Pasal 6 A (1)).


B.       Kerangka Berpikir
Dalam proses belajar mengajar sering kita temui hal-hal yang tidak mendukung dalam proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa salah satuya  adalah penempatan atau penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat.  Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai sekolah lanjutan bahkan sampai perguruan tinggi.Namun kenyataanya banyak sekali siswa-siswi yang tidak memahami betapa pentingnya pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Hal tersebut terlihat dalam perolehan nilai sehari-sehari pada mata pelajaran PKn siswa cenderung rendah. Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh oleh siswa dari proses hasil belajar yang berupa pemahaman terhadap materi ajar yang disampaikan oleh guru dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga pendidikan yang mereka peroleh dari proses belajar mengajar berguna bagi kehidupan sehari-hari mereka.
Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil tes, yang diberikan kepada mereka dalam proses pembelajaran baik itu dalam tes (formatif, subsmatif, sumatif), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio,sikap serta penilaian diri. Dan untuk meningkatakan hasil belajar PKn  maka diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok maka hasil belajar siswa pada mata pelalajaran dapat meningkat.
Model pembelajaran Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran yang membutuhkan keaktifan siswa dalam pembelajara kelompok. Didalam pembelajaran Investigasi Kelompok kelompok yang dibentuk oleh guru akan menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka tampiljkan nanti dalam persentase.   
Materi Kedaulatan  rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia merupak salah satu pokok bahasan yang sulit dimengerti oleh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tiga Panah dilihat dari nilai perolehan siswa sebelumnya.
Pembelajaran kooperstif ini akan diawali dengan memotivasi siswa, membuat kelompok, membimbing kelompok pada saat mengerjkan tugas, mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan. Dan terakhir memberikan penghargaan kepada siswa atas kerja sama dan hail kerja kelompoknya.
            Dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok maka diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Kedaulatan Rakyat dan sistem Sistem Pemerintahan Indonesia di kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013.

C.  Definisi Operasional
1.    Model Pembelajaran Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran yang pelaksanaanya dengan mengindentifikasi topik, merencanakan tugas-tugas belajar, mengawasi jalanya investigasi dalam kelomopok yang disampaikan oleh siswa, mengevaluasi keberhasilan kelompok dan individu, dan memberikan penghaargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik.
2.    Ketuntasan belajar siswa dikatakan tuntas secara individu apabila siswa mencapai skor ≥ 65% atau memperoleh nilai 65 dan tuntas secara klasikal apabila terdapat 85% siswa telah tuntas belajar.
3.    Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) secara keseluruhan  dianggap tuntas atu tercapai apabila 80% dari seluruh TPK sudah tuntas.
4.    Hasil belajar yang diperoleh dari respon siswa minimal kategori baik apabila persentase jawaban yang diperoleh mencapai 80%.
5.    Pelaksanaan pembelajaran yang digunakan minimal berkategori baik
6.    Penggunaan model pembelajaran Investigasi Kelompok dalam pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia dikatakan efektif apabila:
1.     Siswa tuntas secara individual dan secara klasikal.
2.     Ketercapaian TPK atau indikator keseluruhan.
3.     Pelaksanaan minimal kategori baik.
4.     Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran minimal kategori baik.







BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah lokasi atau tempat dimana dilaksanakanya penelitian. Lokasi penelitian merupakan tempat diperolehnya data-data untuk melakukan pengolahan data.
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 2 Tiga Panah  Kecamatan Tiga Panah bertepatan di Desa Suka. Yang menjadi alasan mengapa penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Tiga Panah adalah:
1.      Data yang diperlukan ada di sekolah tersebut.
2.      Karena model Ivestigasi Kelompok belum pernah dilakukan di sekolah tersebut.

B.     Subjek dan Objek Penelitian
a.    Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 2 Tiga Panah Tahun Pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini diambil satu kelas dari empat kelas yang ada.
b.   Objek Penelitian
31

 
Objek penelitian ini  adalah perbaikan pembelajaran PKn dengan nenggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok untuk meningkatkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia di kelas VIII di SMP Negeri 2 Tiga Panah.
C.    Jenis Penelitian
Adapun jenis dari penelitian ini adalah Penelitian tindakan Kelas, Yaitu Penelitian ini merupakan jenis Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan  prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia  kelas VIII SMP Negeri 2 Tiga Panah T.P 2012/2013.

D.    Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh hasil belajar siswa ,efektifitas pelaksanaan pembelajaran model Investigasi Kelompok pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia kelas VIII Tahun Pelajaran 2012/2013. Untuk memperoleh data tersebut melakukan tahap-tahap sebagai berikut :
1.    Tahap persiapan, Meliputi :
a.    Menyusun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Investigasi Kelompok.
b.    Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model  Investigasi Kelompok.
c.    Menyusun soal tes yang akan di ujikan kepada siswa.
d.   Menyusun angket yang akan dibagikan kepada siswa.
e.    Menyusun lembar observasi


2.    Tahap pelaksanaan, mencakup :
a.    Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah model   pembelajaran Investigasi Kelompok.
b.    Mengobservasi pembelajaran yang dilaksanakan.
c.    Memberikan angket kepada siswa untuk di isi.
d.   Mengadakan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis.

E.     Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka alat pengumpul data yang digunakan dalam hal ini adalah angket, tes, dan lembar observasi.
1. Angket
Angket adalah alat pengumpulan penelitian yang diberikan kepada siswa untuk diisi. Angket adalah pengumpulan data yang cara menyebarkanya dengan cara memberika pertanyaan tertulis kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai. Angket digunakan untuk memperoleh bagaimana respon siswa dengan menggunakan model pembelajaran. Angket yang yang akan disebarkan kepada siswa berjumlah 20 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri dari empat jenis option antara lain sebagai berikut :
a)      Option A (skor 4)
b)      Option B (skor 3)    (Arikunto dalam skripsi Daniel, 2010:285)
c)      Option C (skor 2)
d)     Option D (skor 1)

2. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami dengan hasil dari proses penelitian yang dilaksanakan. Di dalam observasi ada dua hal yang harus kita ketahui yaitu pengamatan dan ingatan.
3. Tes
Tes yang dipake dalam penelitian ini adalah tes objektif atau tes pilihan ganda (multiple choice test). Tes yang akan diberikan kepada siswa berjumlah 20 soal yang berbentuk pilihan ganda.
Adapun kebaikan-kebaikan tes objektif menurut Arikunto (2009:164) adalah sebagi berikut:
a.    Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi guru yang memeriksa.
b.    Lebih mudah dan lebih cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat  hasil kemajuan teknologi.
c.    Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
d.   Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Tes yangakan diberikan kepada siswa sesuai dengan indikator yang hendaknya dicapai dan instrument dalam penelitian ini adalah evaluasi belajar dan aspek kognitif hanya dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), dan Aplikasi(C3). Kisi-kisi untuk tes yang digunakan sebagai alat pengumpulan data adalah sebagai berikut:
 Tabel III.1 :  Kisi-Kisi Soal
No

Standar
Kompetensi

Indikator
Jenjang Kognitif
Jlh. Soal
C1
C2
C3
1.

Makna Kedaulatan Rakyat







8

2.

Peran Lembaga Negara Sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat




12





                                                                                              
F.     Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut maka langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.
1.    Hasil belajar siswa
 Hasil belajar dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara individu dan klasikal. Jika dilihat dari segi aspek  kognitif suatu proses pembelajaran , maka suatu pembelajaran itu dikatakan tuntas apabila:
 (1) Secara individual seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar, jika siswa tersebut telah mencapai persentase pencapaian hasil belajar sebesar 65% atau memperoleh nilai 65.
(2) Secara klasikal suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar, jika dalam kelas tersebut telah terdapat 85% siswa yang sudah tuntas belajar.
Berdasarkan kriteria ketuntasan yang diuraikan di atas, untuk mengetahui persentase kemampuan siswa secara individual dari setiap tes yang diberikan, maka peneliti menggunakan rumus ketuntasan hasil belajar (KB) sebagai berikut :
KB =  x 100%    (Trianto 2011 : 241)
Keterangan :
T   =        Skor yang diperoleh siswa.
Tt      =    Skor total
Kriteria : 0% ≤ KB < 65%, siswa belum tuntas dalam belajar,
               65% ≤ KB ≤ 100%, siswa sudah tuntas dalam belajar.
Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan siswa secara klasikal maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
PKK = X 100%   ( Zainal Aqib,dkk, 2010  )
Keterangan :
PKK =             Persentase ketuntasan secara klasikal.
X     = Banyak siswa yang KB ≥ 85%.
N      = Banyak subjek penelitian.

2.      Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Untuk mencari persentase pencapaian tujuan pembelajaran khusus dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
  ( Anas Sudijono dalam skripsi Tetty ,2012 : 35)
Keterangan :  T   = persentase pencapaian TPK
                        = skor siswa ubtuk butir skor ke-i
                    = skor maksimum untuk soal ke-i
3.      Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk menganalisis data hasil pelaksanaan pembelajaran maka dapat diketahui dengan rumus menurut Depdiknas dalam skripsi Asmona (2012:28)
Dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
 × 100
Kriteria penilaian hasil observasi tersebut dikelompokkan ke dalam interval berikut :
90   – 100  artinya sangat baik
70 –  89    artinya baik
50   – 69    artinya kurang baik
10   – 49    artinya sangat tidak baik.

4.      Respon Siswa
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran maka digunakan rumus sebagai berikut:
Persentase respons siswa = x 100%  (Trianto, 2011 : 243 )

Keterangan :
A   = Proporsi siswa yang memilih
B   = Jumlah siswa ( responden )
 Untuk menentukan respon siswa terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran, maka dibuat rumus oleh Anas Sudijono dalam skripsi Dani Daniel (2012:39) sebagai berikut :
1) Interval M + (2,5 x SD) s.d M + (0,5 x SD ) = sangat baik
2) Interval M + (0,5 x SD) s.d M + (-0,5 x SD ) = baik
3) Interval M + (-0,5 x SD) s.d M + (-1,5 x SD ) = kurang baik
4) Interval M + (-0,5 x SD) s.d M + (-1,5 x SD ) = tidak baik

5.      Efektifitas Pembelajaran
Berdasarkan efektifitas pembelajaran pada bab 2 maka, dapat ditentukan bahwa keefektifan pembelajaran dengan menggunakan model Investigasi Kelompok dalam pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia di SMP Negeri 2 Tiga Panah. Dikatakan efekif apabila:
a.    Ketuntasan individual tercapai lebih atau sama dengan 65%, dan Ketuntasan secara klasikal tercapai lebih atau sama dengan 85%
b.    Ketercapaian TPK (tujuan pembelajaran khusus ) secara keseluruhan minimal 75 %
c.    Kriteria pelaksanaan pembelajaran minimal berkriteria baik
d.   Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran minimal kategori baik.

1 komentar:

  1. Topbet Review - TopBet Review (December 2021) - ThTopBet
    Topbet Review. TopBet has become bet365 one of the rb88 top online sports betting 10cric providers in the world. With over 50 games from a variety of  Rating: 3.9 · ‎Review by Sportsbook Reviews

    BalasHapus